Di artikel sebelumnya, kita sudah membahas apa saja yang harus Anda lakukan jika ada indikasi kuat bahwa suami atau istri Anda terlilit utang dan tidak mampu membayar.

Mari kita andaikan bahwa suami / istri Anda memang terlilit utang dan tidak mampu membayar. Di satu sisi, kondisi finansial Anda lebih baik sehingga mampu membayar tagihan utang dengan teratur hingga lunas.

Di situasi tersebut, apakah sebaiknya Anda mengambil alih pembayaran utang suami / istri Anda? Jawabannya, jangan!

Mengapa sebaiknya Anda tidak membayar utang suami / istri Anda?

Logika Anda mungkin mengatakan sebaliknya, dengan berbagai alasan yang masuk akal. Memang benar bahwa kondisi finansial rumah tangga akan lebih cepat pulih, riwayat kredit Anda dan pasangan juga cepat membaik, serta pengajuan kredit berikutnya akan lebih mudah jika Anda mengambil alih pembayaran.

Tetapi jika kita berbicara untuk jangka panjang, dan fakta bahwa utang punya sifat candu, maka Anda mungkin ingin berpikir ulang. Sebabnya, mengambil alih pembayaran utang belum tentu membuat suami / istri Anda jera dengan utang, atau lebih berhati-hati dalam mengajukan utang berikutnya. Justru ada kemungkinan dia menganggap enteng karena dia tahu Anda akan kembali mengambil alih.

Pertimbangkan jika suatu saat Anda cerai

Mengambil alih pembayaran utang membuat posisi Anda lebih tinggi dari pasangan. Ini dikarenakan suami / istri Anda berutang budi kepada Anda, dan malu karena tidak bisa melunasi utangnya sendiri.

Di posisi yang tidak seimbang ini, Anda bisa saja tanpa sadar melakukan monopoli dalam berbagai kebijakan rumah tangga, atau melakukan tindakan-tindakan abusive karena merasa Anda sudah berjasa besar.

Di sisi lain, pasangan Anda mungkin merasa powerless dalam menentukan berbagai kebijakan rumah tangga karena merasa pernah membuat kesalahan besar dengan mengambil utang yang tidak bisa dia lunasi sendiri.

Apabila ketimpangan ini berlangsung terus-menerus, maka ada kemungkinan salah satu dari Anda ingin bercerai. Bagi sebagian orang, masalah terjerat utang saja sudah cukup menjadi alasan untuk mengajukan cerai, apalagi jika timbul masalah-masalah baru yang lahir dari perkara utang tersebut.

Jadi, jika saat ini Anda mengambil alih pembayaran utang suami / istri Anda, apa yang Anda lakukan jika terjadi perceraian?

Apakah Anda akan meminta mantan suami / istri Anda untuk mengembalikan uang yang sudah dikeluarkan? Atau apakah Anda akan merelakannya begitu saja? Apakah Anda akan meminta hak asuh anak sebagai timbal balik dari uang tersebut? Dan apakah suami / istri Anda akan setuju-setuju saja dengan keputusan Anda? Coba Anda pikirkan baik-baik.

4 Alternatif Terbaik Dibanding Mengambil Alih Pembayaran Utang Suami / Istri Anda

Jadi, jika mengambil alih pembayaran utang pasangan bukanlah solusi terbaik, apa yang sebaiknya Anda lakukan? Berikut 4 alternatif terbaik yang kami rekomendasikan.

1. Gunakan Tabungan Bersama

Jika usia pernikahan Anda sudah cukup lama (misalnya lebih dari 5 tahun), maka Anda dan pasangan kemungkinan besar sudah mempunyai tabungan bersama. Anda bisa menggunakan tabungan bersama ini untuk membayar sebagian atau seluruh utang pasangan Anda.

Memang Anda harus mengorbankan impian dan cita-cita yang sudah Anda rencanakan dengan tabungan bersama tersebut. Tetapi ini adalah langkah yang lebih baik daripada menggunakan 100% penghasilan Anda untuk membayar utang, karena di dalam tabungan tersebut juga terdapat uang suami / istri Anda.

2. Jual Milik Bersama

Selain tabungan, Anda juga bisa menjual barang milik bersama untuk melunasi sebagian atau seluruh utang suami / istri Anda. Dengan kata lain, rumah, mobil, atau barang-barang bernilai tinggi lainnya yang pernah dibeli dengan uang bersama.

Memang rasanya sayang untuk menjual barang-barang tersebut karena pasti ada kenangan suka-duka yang Anda jalani bersama pasangan. Tetapi utang adalah masalah yang serius, dan hanya akan bertambah berat jika tidak dilunasi segera.

Selain itu, cara ini juga akan lebih memberikan efek jera kepada suami / istri Anda jika dibanding Anda yang mengambil alih pembayaran utang dengan uang Anda sendiri.

3. Anggap Sebagai Pinjaman

Apabila uang dari tabungan bersama dan hasil jual milik bersama masih kurang untuk melunasi utang suami / istri Anda, baru Anda boleh menggunakan uang pribadi untuk menutupi kekurangannya.

Akan tetapi, Anda dan pasangan harus sepakat untuk menganggap hal ini sebagai pinjaman, dan bukan sebagai bentuk sukarela. Jadi, suami / istri Anda suatu saat harus mengembalikan uang pribadi Anda yang digunakan untuk melunasi utangnya. Jika perlu, buatlah skema angsuran yang harus dibayar pasangan Anda setiap bulan.

Bagaimana jika Anda dibilang perhitungan dengan pasangan sendiri?

Memang cara ini terkesan perhitungan. Tetapi jika utang suami / istri sudah merembet ke kondisi finansial pribadi, maka Anda harus melindungi finansial pribadi terlebih dulu sembari membantu pasangan semampu Anda. Hal ini penting jika Anda masih punya orang tua atau saudara yang harus Anda biayai.

Selain itu, utang juga mempunyai sifat candu dan jeratnya susah dilepaskan. Akibatnya, ada kemungkinan suami / istri Anda akan mengambil utang di kemudian hari dan kembali terperangkap di lubang yang sama. Dengan demikian harus ada efek jera yang akan membuat pasangan Anda lebih berhati-hati saat mengambil utang lagi di masa depan.

4. Ajukan Keringanan Pelunasan

Jika 3 alternatif di atas masih belum cukup untuk melunasi utang suami / istri Anda, maka kemungkinan besar utang tersebut juga diluar kemampuan Anda untuk melunasi. Dengan demikian, alternatif berikutnya adalah mengajukan keringanan pelunasan.

Keringanan pelunasan berarti Anda melunasi utang tersebut dengan nominal yang lebih rendah dari nilai utang yang sebenarnya. Hal ini memungkinkan apabila kreditur setuju untuk memberikan keringanan, yang biasanya berupa pemotongan / penghapusan bunga, pemotongan sebagian pokok utang, pemotongan / penghapusan denda dan biaya lainnya, atau perubahan rencana pembayaran.

Untuk mendapatkan keringanan ini, Anda bisa menghubungi pihak pemberi pinjaman dan mengajukan permohonan. Tetapi bersiap-siaplah untuk proses yang tidak mudah dan hasil yang mungkin tidak sesuai dengan keinginan Anda.

Penutup

Ada berbagai alasan mengapa seseorang terjerat utang, dan suami / istri Anda saat ini mungkin sedang membutuhkan bantuan. Tetapi sebelum membantu pasangan, Anda harus memperhitungkan segala kemungkinan yang bisa terjadi, termasuk jika terjadi perceraian atau kembali terjebak dalam situasi yang sama. Itu sebabnya, mengambil alih pembayaran utang suami / istri dengan memakai 100% uang Anda bukanlah solusi terbaik.

Jika Anda membutuhkan keringanan utang, Anda juga bisa menghubungi amalan dan berkonsultasi secara GRATIS untuk mengetahui apa yang bisa amalan lakukan untuk membantu meringankan utang Anda.

amalan adalah satu-satunya perusahaan manajemen utang di Indonesia yang tercatat di OJK. Sejak 2015, kami sudah membantu ribuan klien dengan total nilai utang mencapai lebih dari Rp60 milyar. Umumnya, klien kami mendapatkan diskon 50% untuk penyelesaian utang.
Jadi, jangan sia-siakan kesempatan untuk konsultasi GRATIS di setiap hari dan jam kerja.

Share This