Menyambut bulan Ramadan, tentunya kita sudah membuat berbagai rencana aktivitas yang akan dilakukan selama bulan suci ini. Beberapa di antaranya adalah mudik (bagi Anda yang merantau), ngabuburit, membeli baju baru, perhiasan (jika Anda wanita), liburan bersama keluarga, dan mungkin juga gadget, motor, atau bahkan mobil baru.
Aktivitas-aktivitas di atas rasanya seperti sudah menjadi tradisi yang melekat di bulan Ramadan. Setelah berbulan-bulan bekerja, tentunya Anda ingin menikmati hasil keringat dan tabungan Anda untuk bulan yang paling dinanti-nantikan ini.
Apalagi jika Anda merantau ke luar kota dan tinggal jauh dari kampung halaman. Tentunya Anda ingin mudik dan melepas rindu sekaligus merayakan Lebaran bersama keluarga besar. Tidak ketinggalan, liburan bersama keluarga ke berbagai tempat wisata.
Apa yang Sebenarnya Dibutuhkan Saat Ramadan?
Sayangnya, rencana berbagai aktivitas bulan Ramadan di atas seringkali tidak diikuti dengan perencanaan keuangan yang baik. Padahal, semua aktivitas di atas membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan persiapan mengumpulkan dananya juga tidak sebentar.
Misalnya saja tiket untuk mudik. Agar mendapatkan harga yang murah, Anda harus memesan tiket berbulan-bulan sebelum Ramadan. Membeli tiket dadakan menjelang puncak arus mudik adalah ide yang buruk, karena harganya yang melambung tinggi, terlepas dari moda transportasi yang Anda gunakan.
Membeli baju baru, perhiasan baru, dan mengunjungi tempat wisata di peak season seperti Ramadan juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Meskipun ada banyak diskon besar-besaran, tetapi tidak sedikit juga toko yang menaikkan harga menjelang Ramadan. Alhasil, Anda sebenarnya membeli dengan harga yang tidak jauh dari harga normal. Selain itu, gadget dan kendaraan bermotor baru juga tidak murah.
Apabila Anda tidak mempersiapkan dana jauh-jauh hari sebelum Ramadan, bisa dipastikan Anda akan mengambil kredit. Bahkan jika ditambah THR pun mungkin juga tidak akan cukup. Selain itu, pada faktanya, lebih mudah untuk mengambil kredit daripada membendung salah satu aktivitas konsumtif di atas. Dengan hanya bermodalkan KTP dan swafoto, Anda sudah bisa mendapatkan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan Ramadan Anda.
Tapi ini bukan berarti membeli berbagai kebutuhan Ramadan itu salah. Bukan juga soal berapa lama dan berapa banyak Anda harus mempersiapkan semua biayanya.
Ramadan Membawa Berkah Tapi Gengsi Merusak Segalanya
Yang salah adalah gengsi yang membuat Anda merasa harus memenuhi semua keinginan tersebut di bulan Ramadan. Padahal Anda mungkin tahu, jika Anda menuruti semuanya, persiapan dana selama berbulan-bulan pun mungkin tidak akan cukup. Ditambah THR pun mungkin masih kurang. Tetapi demi gengsi, Anda mempertaruhkan masa depan keuangan Anda dengan mengambil utang.
Gengsi adalah kondisi psikologis yang dapat merugikan Anda, baik saat Ramadan maupun di hari-hari biasa. Gengsi membuat Anda merasa harus terlihat sukses, “naik kasta” dan “membawa hasil” saat mengunjungi kampung halaman dan bersilaturahmi dengan keluarga besar. Hal ini semakin nyata apabila Anda merantau di kota-kota besar seperti Jakarta. Masa iya, sudah merantau jauh-jauh tapi hidupnya masih gitu-gitu aja?
Maka, supaya tidak dipandang “biasa-biasa saja” atau bahkan “gagal”, Anda rela mengambil utang untuk membeli baju baru, perhiasan, motor atau mobil baru, serta membawa oleh-oleh serta salam tempel yang berlimpah. Bila masih kalah gengsi, biaya wisata untuk setiap anggota keluarga pun Anda tanggung. Padahal, itu di luar tanggung jawab Anda.
Akibatnya, THR cuma sekedar lewat dan Anda justru punya tanggungan cicilan utang yang mungkin tidak sedikit. Begitu Ramadan selesai, kemungkinan besar Anda akan kebingungan bagaimana cara membayar cicilannya. Hal ini akan semakin parah jika Anda sudah mempunyai utang berjalan sebelum mengambil utang baru untuk Ramadan. Utang lama belum lunas, tapi sudah muncul utang baru.
Kesimpulan
Gengsi sebaiknya dijauhi, bahkan saat Anda merasa punya banyak uang. THR yang Anda terima bisa memunculkan jebakan ilusi bahwa Anda akan mampu memenuhi rasa gengsi Anda. Di hari-hari biasa saja, gengsi sudah cukup merusak keuangan dan kesehatan mental kita, apalagi di bulan Ramadan di mana hampir semua harga kebutuhan pokok naik.
Ramadan seharusnya menjadi bulan yang penuh berkah bagi Anda dan keluarga. Di bulan suci ini, kita tidak hanya menahan lapar, tetapi juga beramal, bersyukur, dan menahan diri dari godaan hawa nafsu. Sedangkan gengsi justru bertentangan dengan makna dan hikmah Ramadan tersebut.
Coba tanyakan kepada hati nurani Anda sendiri. Mungkinkah keluarga, dan terutama orang tua Anda di kampung, akan merasa bahagia jika mereka tahu bahwa apa yang Anda beri dan pamerkan adalah hasil utang?
Sumber:
https://www.nunmedia.id/keislaman/pr-5574209997/membincang-rasa-gengsi-dalam-pandangan-islam