DEBT: The First 5000 Years
Sumber gambar: https://maxlapin.com/2020/02/07/b245/

Terlilit utang bisa membuat siapa saja stres dan merasa serba salah. Namun, bagaimanapun rumitnya kondisi finansial Anda saat ini, Anda tidak boleh hanya duduk diam dan menerima nasib. Sambil menunggu bedug buka puasa, Anda bisa membaca buku Debt: The First 5000 Years untuk membekali diri Anda dengan pengetahuan. Berikut kami berikan sedikit ringkasan tentang buku dan penulisnya.

Tentang Penulis DEBT: The First 5000 Years

David Graeber adalah seorang antropolog di London School of Economics. Beliau telah menulis sejarah besar mengenai utang-piutang serta perkembangan pasar dan uang. Dalam berbagai tulisan ilmiahnya, Graeber sering mengaitkan hal-hal ekonomi dengan perang, perbudakan, pajak, upeti, birokrasi pemerintah, pemikiran keagamaan, dan perdagangan lokal maupun internasional.

Selain itu, beliau juga sudah sering meneliti berbagai peradaban masyarakat. Mulai dari Mesopotamia kuno, India, Cina, Yunani dan Romawi kuno, Amerika Latin, Abad Pertengahan, dan Abad Modern.

Foto: David Graeber

Sumber: https://www.ft.com/content/225326f5-3128-4e55-bad7-5f9ba50ca4a8 

Buku terbarunya, DEBT: The First 5000 Years, membahas secara panjang lebar tentang keadaan ekonomi dan moral kita yang rusak. Ditulis dengan gaya yang menarik, buku ini juga menyelidiki sifat utang secara filosofis – dari mana asalnya dan bagaimana perkembangannya. Buku ini layak Anda baca karena memuat penelitian yang kompleks terhadap situasi utang yang terjadi masyarakat Mesopotamia kuno hingga Madagaskar tahun 1990-an.

Di buku DEBT: The First 5000 Years, Graeber tidak membahas utang dari sudut pandang ekonomi. Beliau juga memberikan perspektif antropologis dan arkeologis melalui bukti yang menjelaskan bagaimana budaya masa lalu menghadapi persoalan utang dan uang.

Selain itu, konsep-konsep yang terkandung dalam buku ini sangat mendasar. Misalnya, dari mana uang berasal, bagaimana utang digunakan untuk hal-hal yang baik dan jahat, dan apa pengaruhnya terhadap manusia dari zaman dulu hingga sekarang.

Sinopsis

Pertama, mari kita kembali ke pelajaran awal di ekonomi. Baik di sekolah maupun universitas, biasanya kita memulai dengan rangkuman singkat mengenai sejarah ekonomi manusia. Narasi umumnya adalah demikian: pada awal peradaban manusia, tidak ada uang atau alat tukar lainnya; oleh karena itu, manusia menerapkan sistem barter, di mana orang-orang berpartisipasi langsung dalam transaksi untuk berbagai jenis barang.

Buku-buku teks yang berasal dari Adam Smith sering memberikan contoh seperti seorang petani yang menukar dua kilo gandum dengan kambing milik petani lain. Di sini, kedua petani menerima barang dengan segera dan perdagangan tersebut dianggap menguntungkan kedua belah pihak.

Dari sini, kita selanjutnya belajar bahwa manusia menyadari betapa tidak efisiennya sistem barter seperti itu dan beralih menggunakan koin sebagai alat tukar, dan akhirnya menggunakan mata uang yang kita gunakan saat ini. Namun, Graeber berargumen dengan cukup meyakinkan bahwa teori itu tidak benar dan tidak didukung oleh bukti antropologis.

Utang Sudah Ada Sebelum Uang

Sumber gambar: https://www.pickpik.com/neanderthals-prehistoric-mountains-animals-landscape-people-68027 

Penelitian antropologi yang dilakukan Graeber membuktikan bahwa sistem utang pertama yang tercatat ditemukan di peradaban Sumer pada sekitar 3500 SM, jauh sebelum munculnya sistem mata uang koin sebagai alat hitung. Mata uang koin paling awal baru ditemukan sekitar 1100 SM. Lebih jauh lagi, Graeber berpendapat bahwa tidak ada bukti antropologis yang kuat untuk mendukung klaim bahwa ekonomi barter telah ada di masyarakat di negara manapun. 

Graeber kemudian meninjau bagaimana transaksi utang berdampak pada perkembangan ekonomi manusia, dan mengungkapkan bahwa utang pada awalnya terjadi dalam situasi dengan tingkat kepercayaan tinggi, yaitu pada masa manusia hidup berkelompok dan saling mengenal satu sama lain.

Graeber menggambarkan situasinya seperti berikut ini. Katakanlah salah satu anggota kelompok lapar dan membutuhkan makanan, lalu temannya meminjamkan makanan. Dalam hal ini manusia yang lapar tersebut sudah melakukan utang, dan akan membalasnya dengan cara yang akan menguntungkan temannya yang sudah meminjamkan makanan tersebut. Di masyarakat Indonesia, kita mengenal situasi ini sebagai utang budi.

Dengan demikian utang di zaman tersebut bukanlah sebuah situasi ekonomi atau komersil, tetapi sebuah relasi sosial yang terbentuk dari rasa saling tolong-menolong, tenggang rasa, dan solidaritas antara anggota kelompok.

Uang Muncul Untuk Mengkomersilkan Utang

Yap Stone, salah satu koin uang pertama yang dikenal manusia

Sumber gambar: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Exhibit_No._3.5_-_Yap_Stone_-_Commodity_Money_-_History_of_Money_-_RBI_Museum_Kolkata.jpg 

Lalu bagaimana sistem mata uang muncul? Graeber menjabarkan dengan bukti antropologis bahwa uang muncul dari kekerasan yang dilakukan kerajaan. Teorinya adalah sebagai berikut: kerajaan-kerajaan awal dalam upaya mereka untuk mendapatkan lebih banyak tanah, budak, dan sumber daya, perlu membekali pasukan mereka dengan bekal yang besar. Kebutuhan bekal ini tidak dapat dicukupi oleh sistem utang budi yang disebutkan di atas. 

Ditambah lagi, setiap prajurit akan menuntut sesuatu yang berbeda sebagai imbalannya. Oleh karena itu, uang diciptakan untuk melambangkan dan menstandarkan utang yang harus dibayar kerajaan kepada para prajuritnya. Uang koin lalu menjadi sistem yang dominan digunakan hingga masa sekarang.

Namun, sebuah peperangan hanya dapat dimenangkan jika kerajaan tersebut mempunyai pasukan yang lebih baik dari musuhnya. Dengan demikian, kerajaan harus terus membekali pasukan mereka dengan lebih mahal dan lebih baik. Akibatnya, utang kerajaan terus bertambah.

Menurut Graeber, banyak dokumen yang menunjukkan bahwa peradaban kuno terperosok ke dalam utang. Di masa itu, cara kerajaan melunasi utangnya adalah dengan mengirimkan warga mereka menjadi budak yang akan bekerja di kerajaan pemenang dengan tanpa dibayar.

Sistem perluasan wilayah dengan peperangan, utang, dan perbudakan ini terus berlanjut hingga manusia tiba suatu masa di mana banyak kerajaan tidak mungkin dapat membayar utangnya lagi. Di masa itu, banyak kerajaan sepakat untuk memberlakukan Hukum Yobel yang menghapus semua utang setiap 50 tahun sekali.

Tanggapan Kritis dari Para Antropolog Dunia

Menurut para antropolog dunia, buku yang merupakan hasil penelitian Graeber ini berhasil menambal berbagai lubang yang tidak dapat dijelaskan oleh teori-teori ekonomi. Meskipun sebagian besar bertentangan dengan teori ekonomi, namun Graeber mendasarkan hipotesanya pada fakta-fakta sejarah yang berhasil ia kumpulkan. 

Para antropolog dunia juga mendukung pernyataan Graeber bahwa kita tidak bisa mengukur sisi moralitas dan sosial seorang manusia dari fakta apakah dia membayar utang atau tidak; karena pada zaman manusia masih hidup berkelompok, utang diberikan sebagai bentuk solidaritas dan tanpa ada harapan untuk kembali, apalagi mengeruk keuntungan dari utang tersebut.

Sistem dan definisi utang di zaman tersebut kemudian “dimaterialisasikan dan dikomersilkan” di zaman kerajaan karena kebutuhan mereka untuk membiayai pasukan perang agar dapat memperluas wilayah dan kekuasaan.

Penutup

Meskipun buku ini tidak akan banyak membantu Anda untuk melunasi utang, tetapi Anda dapat menambah pengetahuan mengenai sejarah awal terbentuknya utang di zaman peradaban kuno dan bagaimana utang menjadi sesuatu yang dikomersilkan di zaman sekarang. Jadi, yuk #Ngabuburead dengan membaca buku ini.

Referensi:

https://re-markasia.com/utang-5000-tahun-perjalanan/

https://sites.lsa.umich.edu/mje/2022/04/18/re-thinking-debt-and-the-origins-of-economies/

https://theanarchistlibrary.org/library/joseph-kay-thoughts-on-david-graeber-s-debt-the-first-5-000-years

https://en.wikipedia.org/wiki/Debt:_The_First_5000_Years

Graeber, David. Debt: The First 5000 Years. Melville House, 2011.

Share This