Media sosial telah mengubah hidup generasi milenial menjadi penuh dengan perbandingan. Di zaman dulu, kita hanya perlu membandingkan diri kita dengan tetangga sebelah rumah, teman satu sekolah, atau mungkin dengan saudara kita. Tetapi sekarang, dengan media sosial, kita bisa melihat dan membandingkan kehidupan kita dengan orang-orang yang bahkan kita tidak kenal, yang sayangnya menjebak kita pada utang.

Jebakan Sosial dari Media Sosial Mengakibatkan Utang

Di media sosial, semua orang seolah-olah menjalani kehidupan yang sangat menyenangkan. Makan di tempat yang sedang viral, healing di pantai, jalan-jalan di pegunungan yang indah, shopping di mall, hangout di kafe nge-trend, dll. Sayangnya, apabila kita tergoda untuk mengikuti semua gaya hidup hedonisme seperti itu, kita akan kelelahan sendiri. Dan tentu saja ongkosnya juga mahal.

Faktanya, banyak generasi milenial yang mengalami kesulitan keuangan dalam upaya mereka mengikuti gaya hidup tertentu di media sosial. Dan yang lebih parah adalah selebgram yang harus terus menampilkan gaya hidup mewah untuk personal branding mereka. Tidak sedikit selebgram yang mengaku biaya hedon mereka lebih besar daripada nilai endorsement yang mereka terima.

Gen Z juga sedang terjebak situasi sosial yang sama. Masalah Gen Z adalah belum punya penghasilan karena mayoritas masih kuliah dan belum bekerja, sedangkan uang saku dari orang tua tidak mungkin bisa memenuhi gaya hidup tersebut.

Jebakan yang Merambah ke Ekonomi

Utang Karena Media Sosial

Tetapi dengan kemajuan teknologi, banyak dari mereka yang mempunyai akun pay later di berbagai aplikasi online dan memaksimalkan limitnya. Sedangkan milenial yang sudah bekerja cenderung memaksimalkan limit kartu kredit.

Baik Gen Z maupun milenial biasanya menunda memikirkan pengelolaan keuangan jika sudah ter-trigger saat melihat postingan liburan, fashion, dan makanan yang beredar di media sosial. Terlebih lagi jika postingan tersebut viral, maka mereka akan merasa harus cepat-cepat tidak mau ketinggalan untuk mengikuti trend yang sedang viral tersebut karena sepertinya itulah yang sedang dilakukan semua orang.

Begitu selesai mengikuti itu semua, barulah mereka merasakan betapa banyaknya utang yang telah dihabiskan. Dengan pengetahuan finansial yang terbatas, biasanya milenial dan Gen Z akan mengambil pinjaman lagi untuk melunasi tagihan kartu kredit atau pay later mereka. Mereka menjadi target empuk pinjol dan gadai. Tentu saja, ini adalah sebuah siklus utang yang berbahaya.

Jebakan dari Circle Pertemanan yang Hedon

Bagi sebagian milenial dan Gen Z, jebakan utang bukan terjadi karena mengikuti gaya hidup hedonisme yang datang dari keinginan diri sendiri, tetapi dari circle pertemanan.

Misalnya, sohib atau bestie Anda mengajak liburan rame-rame ke luar negeri. Tentu saja biaya untuk wisata seperti ini jauh lebih mahal daripada wisata lokal atau dalam negeri. Meskipun biayanya ditanggung bersama secara patungan, tetapi jatuhnya tentu lebih mahal. Anda juga terpaksa membeli beberapa kebutuhan pribadi di luar negeri yang harganya lebih mahal. Itu masih belum termasuk oleh-oleh untuk keluarga di rumah.

Selain itu, ada juga circle pertemanan yang mengadakan event atau party hampir di setiap weekend. Pool party, beach party, night party, dan berbagai macam party lainnya tentu saja menguras dompet Anda lebih banyak daripada jika hanya sekedar jalan-jalan di alun-alun atau taman kota.

Jika Anda tinggal di kota besar seperti Jakarta, mungkin Anda akan bertemu dengan circle pertemanan yang lebih toxic dan hedon dengan sifat yang membanding-bandingkan apa yang mereka punya dan apa yang Anda punya. Anda mungkin akan “dipaksa” untuk mengikuti gaya hidup mereka, seperti fashion yang branded dan barang-barang lainnya dengan merek tertentu.

Jebakan Psikologis dari Media Sosial Mengakibatkan Utang

Tidak semua yang kita baca atau lihat di media sosial itu sepenuhnya benar. Sebabnya, tidak ada yang mem-posting realita yang terjadi behind-the-scene. Hal ini membuat kita merasa tidak lebih baik dari orang lain, dan men-trigger rasa fear of missing out (FOMO) sehingga kita terdorong untuk terjun ke persaingan yang tidak sehat dan mengikuti gaya hidup yang seolah terlihat sempurna tersebut.

Misalnya, foto-foto pernikahan yang terlihat bahagia, indah, dan sempurna di-posting tanpa memperlihatkan debat dan kisruh yang mungkin terjadi di belakang layar. Foto-foto wisata dan healing yang bertebaran di media sosial di-posting tanpa menyinggung kartu kredit yang mungkin digunakan. Foto-foto shopping mewah juga di-posting tanpa men-tag orang tua, sugar daddy, atau sugar mommy yang mungkin mendanai shopping tersebut.

Pada akhirnya, kehidupan glamor dan mewah yang Anda lihat di media sosial mungkin adalah sebuah kepalsuan online. Media sosial memperlihatkan sebuah potret yang hanya akan mengkritik diri Anda sendiri dan memunculkan perasaan ketinggalan atau tidak sukses.

Lalu, Bagaimana Jika Sudah Terlanjur Terjebak?

1. Mengurangi Pengeluaran dan Menyusun Budget

Jika Anda seorang generasi milenial atau Gen Z, maka langkah pertama tentu saja mengurangi pengeluaran. Buatlah daftar apa saja yang telah Anda habiskan dalam sebulan terakhir dan tanyakan pada diri Anda sendiri: berapa banyak yang benar-benar Anda perlukan?

Selanjutnya, buatlah anggaran mingguan atau bulanan untuk diri sendiri. Kurangi biaya bulanan yang terlalu menguras dompet – seperti biaya kost/kontrakan atau cicilan rumah, produk kecantikan, biaya listrik, kuota internet, dan konsumsi makanan. Jika Anda tinggal di kost/kontrakan eksklusif, maka Anda bisa pindah ke kost/kontrakan yang lebih murah.

Selain itu, untuk sementara hentikan gaya hidup hedonisme seperti shopping, wisata, hangout, dll. Daripada makan di kafe atau restoran bergengsi dan menghabiskan uang ratusan ribu setiap weekend, Anda bisa menghematnya dengan makan di pusat kuliner yang lebih murah seperti pujasera. Atau, Anda juga bisa memasak makanan sendiri.

Sisa dari semua pengurangan tersebut minimal harus sesuai dengan tagihan bulanan Anda. Apabila Anda membutuhkan belanja atau healing, maka lakukanlah sehemat mungkin dan jangan mengambil utang baru.

2. Keluar dari Circle Pertemanan yang Hedon

Bagi sebagian orang, tips yang kedua ini lebih susah dilakukan daripada sekedar menyusun anggaran dan mengurangi pengeluaran. Tetapi keluar dari circle pertemanan bukan berarti memutus total hubungan yang sudah terjalin. Anda tetap bisa menjalin hubungan tapi cukup sekedar silaturahmi saja. Untuk alasannya, Anda bisa bilang kalau Anda sedang ingin fokus kuliah atau bekerja untuk mendapatkan promosi jabatan.

3. Butuh Lebih dari Sekedar Niat untuk Bebas dari Utang Akibat Media Sosial

Tidak banyak milenial dan Gen Z yang paham mengenai jalan keluar dari lilitan utang. Kalaupun sudah mengetahui teorinya, praktiknya tidak mudah untuk dilakukan.

Sama halnya dengan diet. Ada berbagai teori yang bisa Anda temukan di internet mengenai cara menurunkan berat badan. Tetapi pada praktiknya, hal itu susah dilakukan. Butuh lebih dari sekedar niat untuk mencapai berat badan ideal. Jika Anda bertanya kepada orang yang sudah pernah mencoba diet tetapi gagal, pasti mereka akan menjawab bahwa mereka sudah berniat dan mengupayakan yang terbaik.

Begitu juga dengan utang, Anda butuh lebih dari sekedar niat. Anda juga butuh lebih dari tips dan trik mengatur keuangan. Anda butuh bimbingan dan bantuan profesional, terutama jika Anda mempunyai lebih dari satu utang atau menunggak lebih dari 1 bulan.

Oleh karena itu, carilah bantuan profesional yang bisa memanajemen utang Anda. Di setiap hari dan jam kerja, amalan membuka Konsultasi Gratis bagi siapa pun yang memiliki masalah utang, baik Gen Z, milenial, maupun orang tua.

amalan adalah satu-satunya perusahaan manajemen utang di Indonesia yang tercatat di OJK. Sejak tahun 2016, kami telah membantu lebih dari 2000 kasus pelunasan utang dengan total lebih dari Rp50 milyar. Normalnya, klien amalan mendapatkan keringanan sebesar 51% dari total utang. Selain itu, amalan juga mempunyai layanan perlindungan dari penagihan yang dilakukan oleh debt collector tak beretika.

Penutup

Media sosial sejatinya adalah media untuk berbagi. Tetapi media sosial dapat menyebabkan Anda terjerat masalah utang ketika Anda menggunakannya sebagai media untuk kompetisi dan merasa tertekan untuk mengikuti gaya hidup mewah orang lain.

Share This