by Sholihah Putri Syahidah | 4 Apr, 2023 | Manajemen Utang
Seorang Muslim yang baik tidak hanya berpuasa dari fajar hingga senja di bulan Ramadan. Seorang Muslim yang baik juga tidak hanya membaca Al-Quran dan beramal, tapi juga menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam pengaturan dan perencanaan keuangannya. Maka di bulan Ramadan seperti ini, seorang Muslim yang baik tidak hanya menyucikan jiwa, pikiran, dan tubuhnya saja, tetapi juga membersihkan gaya hidup dan kondisi finansialnya. Salah satunya adalah dengan pelunasan utang di bulan Ramadan.
Terdapat tiga prinsip dasar pengelolaan keuangan dalam Islam: halal, moderat, dan seimbang.
1. Mengundang yang halal, menjauhi yang haram
Prinsip halal tidak terbatas pada apa yang boleh atau tidak boleh dikonsumsi, tetapi juga pengelolaan pendapatan pribadi untuk konsumsi. Dalam hal ini, tidak ada yang boleh dialokasikan untuk hal-hal yang dilarang atau haram, di mana salah satunya adalah utang untuk foya-foya dan kemewahan.
2. Moderat: tidak kurang dan tidak berlebihan
Pengeluaran yang berlebihan dan tidak mencukupi dianggap oleh Islam sebagai sesuatu yang merusak. Menurut para ulama, pengeluaran yang berlebihan akan merusak jiwa, kekayaan, dan masyarakat. Pengeluaran yang tidak mencukupi akan membekukan kekayaan dan membuatnya terbengkalai. Di dalam Islam, pengeluaran yang moderat dianggap sebagai kebajikan.
3. Seimbang: antara pendapatan dan pengeluaran
Keseimbangan dalam keuangan berarti ada kesesuaian antara jumlah pendapatan dan pengeluaran. Dengan kata lain, pengeluaran sebaiknya tidak melebihi pendapatan. Prinsip ini akan membantu mencapai keseimbangan ekonomi dan berlaku untuk kebutuhan pribadi, amal sosial, dan kebutuhan bersama baik untuk jangka pendek maupun panjang.
Selain itu, terdapat juga hirarki dalam pengeluaran, mulai dari nol hingga tak terbatas. Pengeluaran nol tidak diperbolehkan dalam Islam, karena dapat menghancurkan kehidupan seseorang. Anda boleh membuat pengeluaran untuk bertahan hidup dan konsumsi secukupnya. Yang tidak dianjurkan adalah pengeluaran secara berlebihan.
Hirarkinya mulai dari memenuhi kebutuhan dan keinginan hingga menghabiskan uang untuk kemewahan dan foya-foya. Membelanjakan pendapatan pribadi untuk kebutuhan dan keinginan itu masih diperbolehkan, tetapi pengeluaran untuk memenuhi nafsu foya-foya itu sangat tidak dianjurkan.
Foya-foya dan Jebakan Utang
Seperti halnya dalam hal pakaian, gaya hidup keuangan yang sederhana adalah gaya hidup yang moderat dan seimbang. Islam menganjurkan gaya hidup yang sederhana dan bersahaja, bukan gaya hidup yang mewah, foya-foya, atau sombong. Dengan demikian, eksploitasi sumber pendapatan bisa diminimalisir.
Kemewahan tidak sepenuhnya dilarang oleh Islam, namun ada beberapa aturannya. Kemewahan hanya diperbolehkan bagi mereka yang mampu. Itu pun harus bebas dari niat untuk memamerkan kekayaan, karena hal ini dapat menyebabkan ketidakharmonisan sosial. Terakhir, belanja mewah haruslah untuk hal-hal yang dibutuhkan karena membelanjakan sesuatu yang tidak berguna adalah haram, meskipun seseorang mampu membelinya.
Selain itu, prinsip keuangan Islam juga menganjurkan Anda untuk menghindari jebakan utang. Islam tidak menganjurkan umatnya mengambil utang untuk hal-hal yang tidak penting. Utang hanya boleh diambil jika tidak ada pilihan lain, dan harus disertai dengan niat untuk membayar kembali.
Jadi, di bulan Ramadan yang suci ini, marilah kita kembali ke jalur yang benar dalam keuangan yang halal, moderat, dan seimbang. Niatkan pelunasan utang Anda sebagai bentuk penyucian diri di bulan Ramadan.
Apabila Anda tidak mampu melunasi atau membayar sebagian dari utang Anda, amalan dapat membantu meringankan beban utang tersebut. Hubungi kami di setiap hari dan jam kerja untuk konsultasi gratis semua masalah utang Anda.
by Sholihah Putri Syahidah | 17 Mar, 2023 | Manajemen Utang
Tidak terasa, bulan Ramadan akan tiba sebentar lagi. Menyambut bulan yang fitri ini, tentunya ada beberapa hal yang harus dipersiapkan untuk menyambut bulan Ramadan. Selain mempersiapkan hati dan pikiran, tentunya Anda juga harus mulai mempersiapkan dana karena di bulan ini akan ada banyak sekali pengeluaran untuk kewajiban Ramadan.
Pada bulan Ramadan, tingkat pembelanjaan kita juga akan lebih meningkat dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Naiknya harga kebutuhan pokok menjadi faktor utama meningkatnya pengeluaran kita di bulan Ramadan. Kebutuhan yang biasanya muncul di bulan Ramadan seperti parsel, pakaian, dan juga kebutuhan lain untuk menyambut Ramadan dan Idul Fitri juga datang menyambangi kita.
Tetapi sebelum berbelanja itu semua, Anda harus mengutamakan kewajiban yang juga harus dibayar dan dilunasi. Ada tiga kewajiban yang semestinya menjadi prioritas Anda sebelum menghabiskan dana untuk belanja Ramadan. Apa saja itu? Mari kita simak di bawah ini.
1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah pengeluaran wajib sebelum hari-H Idulfitri. Anda bisa membayarkannya sejak awal Ramadan hingga H-1 Lebaran. Zakat fitrah ini hukumnya wajib. Setiap umat Muslim harus membayarkannya saat Ramadan hingga maksimal sebelum Idulfitri. Untuk jumlahnya, 3,5 liter atau setara dengan 2,5 kg makanan pokok di suatu daerah yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Kalau di Indonesia, sudah pasti mayoritas adalah beras.
Jika Anda masih single, maka yang wajib dibayarkan adalah satu takaran 2,5 kg beras yang biasa dimakan. Jika Anda sudah berumah tangga dan menjadi kepala keluarga, maka zakat yang dibayarkan adalah sejumlah anggota keluarga, meski diniatkannya untuk masing-masing individu. Jadi, jangan langsung belanja hari raya. Sisihkan dulu untuk zakat fitrah.
2. Zakat Mal
Selain zakat fitrah yang wajib saat Ramadan hingga sebelum Idulfitri, ada juga jenis zakat yang harus dibayar, yaitu zakat mal. Zakat mal adalah zakat penghasilan yang dikeluarkan untuk hasil pertanian, pertambangan, perniagaan, hasil laut, emas, ternak, harta temuan, dan perak. Termasuk juga penghasilan yang Anda dapat setiap tahun.
Zakat mal ini bisa dibayarkan kapan saja, tidak harus saat Ramadan atau momen Idulfitri. Tapi agar lebih mudah, Anda bisa sertakan dengan zakat fitrah. Anda bisa membagikan sendiri zakat ini ke orang yang membutuhkan atau ke badan amil zakat setempat.
3. Pelunasan Utang
Tidak sedikit orang yang kalap belanja hari raya hingga menguras tabungan, atau bahkan mengambil utang. Padahal, Anda masih harus membutuhkan biaya hidup setelah Lebaran. Jadi, jangan sampai momen Idulfitri rusak karena bayang-bayang utang karena utang dapat membuat hati dan pikiran Anda tidak tenang.
Daripada menganggarkan belanja hari raya, seperti baju baru yang sebenarnya tidak wajib, lebih baik Anda menggunakan sebagian dana untuk melunasi utang. Melunasi utang itu lebih penting daripada membeli baju baru atau gengsi dipandang “orang sukses” oleh keluarga dan kerabat. Jadi, jangan pakai semua uang Anda untuk belanja. Sisihkan sebagian untuk pelunasan agar Anda tidak terlilit utang setelah Ramadan.
Sebelum kalap belanja kebutuhan Ramadan dan hari raya, anggarkan sebagian uang Anda untuk pembayaran kewajiban di atas terlebih dulu. Niscaya Anda akan semakin merasakan hikmah dan berkah Ramadan. Untuk masalah utang, Anda bisa menggunakan jasa amalan agar pelunasan utang Anda menjadi lebih ringan, cepat, dan hemat.
Apa Itu amalan?
Jika Anda sedang memiliki utang kartu kredit/KTA yang tertunggak dan mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajiban, Anda tidak perlu cemas atau takut tidak mampu melunasi utang tersebut. amalan dapat membantu Anda mendapatkan keringanan utang dari bank sehingga Anda bisa lebih mampu membayar.
Umumnya ada tiga jenis keringanan yang bisa didapatkan, yaitu 1) potongan atas kredit yang dimiliki, 2) potongan dengan cicilan yang diperpanjang, atau 3) gabungan keduanya.
amalan bekerja untuk Anda dan bekerja sama mencari solusi terbaik dan terjangkau dengan kreditur. amalan mengembangkan solusi yang mempertimbangkan semua pinjaman, semua sumber penghasilan, dan semua aset agar Anda bisa lepas dari jerat utang dengan lebih cepat, membayar bunga dan penalti yang lebih rendah.
Selain program manajemen utang, amalan juga memiliki opsi refinancing yang mengganti utang lama yang memberatkan menjadi utang baru yang lebih ringan. Bantuan dari amalan ini diharapkan dapat memberi awal baru bagi Anda dan keluarga sehingga bisa membangun masa depan finansial yang lebih baik.
by Sholihah Putri Syahidah | 14 Mar, 2023 | Budgeting
Menyambut bulan Ramadan, tentunya kita sudah membuat berbagai rencana aktivitas yang akan dilakukan selama bulan suci ini. Beberapa di antaranya adalah mudik (bagi Anda yang merantau), ngabuburit, membeli baju baru, perhiasan (jika Anda wanita), liburan bersama keluarga, dan mungkin juga gadget, motor, atau bahkan mobil baru.
Aktivitas-aktivitas di atas rasanya seperti sudah menjadi tradisi yang melekat di bulan Ramadan. Setelah berbulan-bulan bekerja, tentunya Anda ingin menikmati hasil keringat dan tabungan Anda untuk bulan yang paling dinanti-nantikan ini.
Apalagi jika Anda merantau ke luar kota dan tinggal jauh dari kampung halaman. Tentunya Anda ingin mudik dan melepas rindu sekaligus merayakan Lebaran bersama keluarga besar. Tidak ketinggalan, liburan bersama keluarga ke berbagai tempat wisata.
Apa yang Sebenarnya Dibutuhkan Saat Ramadan?
Sayangnya, rencana berbagai aktivitas bulan Ramadan di atas seringkali tidak diikuti dengan perencanaan keuangan yang baik. Padahal, semua aktivitas di atas membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan persiapan mengumpulkan dananya juga tidak sebentar.
Misalnya saja tiket untuk mudik. Agar mendapatkan harga yang murah, Anda harus memesan tiket berbulan-bulan sebelum Ramadan. Membeli tiket dadakan menjelang puncak arus mudik adalah ide yang buruk, karena harganya yang melambung tinggi, terlepas dari moda transportasi yang Anda gunakan.
Membeli baju baru, perhiasan baru, dan mengunjungi tempat wisata di peak season seperti Ramadan juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Meskipun ada banyak diskon besar-besaran, tetapi tidak sedikit juga toko yang menaikkan harga menjelang Ramadan. Alhasil, Anda sebenarnya membeli dengan harga yang tidak jauh dari harga normal. Selain itu, gadget dan kendaraan bermotor baru juga tidak murah.
Apabila Anda tidak mempersiapkan dana jauh-jauh hari sebelum Ramadan, bisa dipastikan Anda akan mengambil kredit. Bahkan jika ditambah THR pun mungkin juga tidak akan cukup. Selain itu, pada faktanya, lebih mudah untuk mengambil kredit daripada membendung salah satu aktivitas konsumtif di atas. Dengan hanya bermodalkan KTP dan swafoto, Anda sudah bisa mendapatkan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan Ramadan Anda.
Tapi ini bukan berarti membeli berbagai kebutuhan Ramadan itu salah. Bukan juga soal berapa lama dan berapa banyak Anda harus mempersiapkan semua biayanya.
Ramadan Membawa Berkah Tapi Gengsi Merusak Segalanya
Yang salah adalah gengsi yang membuat Anda merasa harus memenuhi semua keinginan tersebut di bulan Ramadan. Padahal Anda mungkin tahu, jika Anda menuruti semuanya, persiapan dana selama berbulan-bulan pun mungkin tidak akan cukup. Ditambah THR pun mungkin masih kurang. Tetapi demi gengsi, Anda mempertaruhkan masa depan keuangan Anda dengan mengambil utang.
Gengsi adalah kondisi psikologis yang dapat merugikan Anda, baik saat Ramadan maupun di hari-hari biasa. Gengsi membuat Anda merasa harus terlihat sukses, “naik kasta” dan “membawa hasil” saat mengunjungi kampung halaman dan bersilaturahmi dengan keluarga besar. Hal ini semakin nyata apabila Anda merantau di kota-kota besar seperti Jakarta. Masa iya, sudah merantau jauh-jauh tapi hidupnya masih gitu-gitu aja?
Maka, supaya tidak dipandang “biasa-biasa saja” atau bahkan “gagal”, Anda rela mengambil utang untuk membeli baju baru, perhiasan, motor atau mobil baru, serta membawa oleh-oleh serta salam tempel yang berlimpah. Bila masih kalah gengsi, biaya wisata untuk setiap anggota keluarga pun Anda tanggung. Padahal, itu di luar tanggung jawab Anda.
Akibatnya, THR cuma sekedar lewat dan Anda justru punya tanggungan cicilan utang yang mungkin tidak sedikit. Begitu Ramadan selesai, kemungkinan besar Anda akan kebingungan bagaimana cara membayar cicilannya. Hal ini akan semakin parah jika Anda sudah mempunyai utang berjalan sebelum mengambil utang baru untuk Ramadan. Utang lama belum lunas, tapi sudah muncul utang baru.
Kesimpulan
Gengsi sebaiknya dijauhi, bahkan saat Anda merasa punya banyak uang. THR yang Anda terima bisa memunculkan jebakan ilusi bahwa Anda akan mampu memenuhi rasa gengsi Anda. Di hari-hari biasa saja, gengsi sudah cukup merusak keuangan dan kesehatan mental kita, apalagi di bulan Ramadan di mana hampir semua harga kebutuhan pokok naik.
Ramadan seharusnya menjadi bulan yang penuh berkah bagi Anda dan keluarga. Di bulan suci ini, kita tidak hanya menahan lapar, tetapi juga beramal, bersyukur, dan menahan diri dari godaan hawa nafsu. Sedangkan gengsi justru bertentangan dengan makna dan hikmah Ramadan tersebut.
Coba tanyakan kepada hati nurani Anda sendiri. Mungkinkah keluarga, dan terutama orang tua Anda di kampung, akan merasa bahagia jika mereka tahu bahwa apa yang Anda beri dan pamerkan adalah hasil utang?
Sumber:
https://www.nunmedia.id/keislaman/pr-5574209997/membincang-rasa-gengsi-dalam-pandangan-islam